Awetkan Bumi Kita

KYB- Hari terus berganti, dari pagi hingga malam terus beotasi pada porosnya. Namun apa yang kita lakukan terhadap dunia yang semakin tua ini.
Sama sekali perbuatan yang mencerminkan akan dampak negatif terus terjadi dan bahkan kini kian memperparah keadaan dunia. Kerap kali kekeringan terus melanda akibat panasnya bumi. Bukan hanya di musim kemarau saja, kekeringan juga terkadang dapat ditemui di musim penghujan. Sebaliknya, banjir yang menyelimuti tiap pandangan kota bertempur hingga membawa longsor dan air bah yang datang secara tiba-tiba membuat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Coba kita telaah lebih dalam semua yang terjadi pada dampak negatif di dunia ini karena siapa ? Dan semua itu apa akan hilang begitu saja jika kita hanya melihat tanpa melakukan ?

Semua kejadian tersebut bukan hal yang baru di dunia khususnya di Tanah Air. Jika ditelaah secara pengetahuan Indonesia kaya akan ragam budaya, flora dan fauna hingga pegunungan, sebagian besar ada di Indonesia.

Kejadian alam tersebut tidak akan terjadi jika kita sebagai manusia mampu untuk memanfaatkan alam yang ada agar mengurangi dampak negatif. Lain halnya dengan air sebagai sumber kebutuhan pokok manusia. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan, namun manusia akan kesulitan hidup jika air sumber kebutuhan sehari-hari tidak ada. Air yang bersih terkadang menjadi kendala di pelosok yang jauh dari perkotaan. Air bukan hanya digunakan pada saat kita hanya ingin minum, pada saat memenuhi kebutuhan sehari-hari pun kita gunakan.

Air merupakan hal yang pokok digunakan. Namun, mengapa air yang bersih masih saja menjadi tranding topic hingga sekarang. Zaman yang semakin maju seharusnya sudah membahas dan bersaing di dunia maju. Kini dunia kelam terus dihantui dengan air bersih. Indonesia yang kaya akan SDM dan SDA hanya menjadi kerangka belaka.

Air yang merupakan momok penting bagi manusia kini harus terus mengalami gejolak yang menurun. Ulah oknum yang tak bertanggung jawab terkadang membuat kunci utama yang membuat kurangnya air seperti hutan yang terus mengalami penurunan akibat gesekan alam sehingga membuat hutan terbakar dan harus dihadapi juga dengan tangan-tangan aknum yang tak bertanggung jawab akibat penebangan hutan secara ilegal.

Hingga kini pembenahan terus dilakukan. Penduduk yang kian banyak membuat pemerintah memutar otak lebih dalam agar air bersih di pelosok maupun di kota dapat dinikmati secara rata. Kehidupan akan terus terjaga, bumi yang semakin lama semakin tua bukan berarti kita harus mempercepat penuaan bumi. Malah sebaliknya, kita harus mengawetkannya agar generasi yang akan datang dapat menikmati keberhasilan akan mempertahankan bumi ini. Jangan hanya manusia saja yang mendapatkan kata “awet muda”, namun bumi yang dibilang di usia senja harus kita awetkan dengan kemampuan yang kita punya. Jika bumi kita awet, maka anak cucu kita yang akan terus dapat mengembangkan dunia ini dan kehidupan akan aman meskipun dunia tetap akan musnah di hari akhir. (kgs)

Jembatan Ampera Tempo Dulu

Jembatan Ampera Tempo Dulu
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.